Siapakah Khawarij (bagian 01)

Khawarij berasal dari kata kha-ra-ja [arab: خرج] yang artinya keluar. Kaitannya dengan pemerintahan, kata kha-ra-ja memiliki arti keluar dari ikatan baiat kepada pemerintah yang sah. Tentang makna khawarij, para ulama menyampaikan berbagai definisi, diantaranya seperti yang dijelaskan Imam Abul Hasan Al-Asy’ari, bahwa kelompok khawarij adalah nama kelompok yang memberontak khalifah keempat, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu. Beliau juga menjelaskan bahwa sikap mereka memberontak kepada Ali merupakan sebab mengapa mereka dinamai khawarij. Abul Hasan Al-Asy’ari mengatakan,

والسبب الذي سموا له خوارج خروجهم على علي لما حكم

Sebab mengapa mereka diberi nama khawarij adalah karena mereka memberontak Ali, disebabkan peristiwa tahkim. [Maqalat Al-Islamiyin, Al-Asy’ari (1/207), dan Al-Milal wan Nihal, As-Syahrastani (1/132)].

Kelompok khawarij pertama adalah mereka yang memberontak Ali bin Abi Thalib, setelah beliau menerima keputusan tahkim seusai perang Shiffin. Kelompok ini juga memiliki nama lainnya, selain nama kkhawarij. Diantaranya: Haruriyah, As-Syarrah, Al-Mariqah, Al-Muhkimah. Dan mereka menerina berbagai sebutan ini, selain nama Al-Mariqah. Mereka mengingkari nama ini, karena mariqah artinya yang menembus. Sikap berlebihan mereka dalam beragama, menyebabkan mereka tembus (kebablasen) dalam islam, sebagaimana panah yang menembus binatang sasaran, karena saking kuatnya. (Maqalat Islamiyin, Al-Asy’ari, 1/207).

Sebagian ulama ada yang mengatakan, pertama kali munculnya khawarij telah ada sejak zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Diantara ulama yang berpendapat demikian adalah Ibnu Hazm dalam Al-Fashl fil Milal wal Ahwa (4/157). Dan As-Syahrastani dalam Al-Milal wan Nihal (1/134).

Mereka berpendapat, khawarij pertama adalah seorang yang bernama Dzul Huwaishirah, yang memprotes Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika membagi emas yang dikirim oleh Ali bin Abi Thalib dari Yaman.

Kisahnya disebutkan dalam hadis dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan,

بَعَثَ عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ مِنَ الْيَمَنِ بِذُهَيْبَةٍ فِي أَدِيمٍ مَقْرُوظٍ لَمْ تُحَصَّلْ مِنْ تُرَابِهَا. قَالَ: فَقَسَمَهَا بَيْنَ أَرْبَعَةِ نَفَرٍ بَيْنَ عُيَيْنَةَ بْنِ حِصْنٍ وَالأَقْرَعِ بْنِ حَابِسٍ وَزَيْدِ الْخَيْلِ، وَالرَّابِعُ إِمَّا عَلْقَمَةُ بْنُ عُلاَثَةَ وَإِمَّا عَامِرُ بْنُ الطُّفَيْلِ، فَقَالَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِهِ: كُنَّا نَحْنُ أَحَقَّ بِهَذَا مِنْ هَؤُلاَءِ. قَالَ: فَبَلَغَ ذَلِكَ النَّبِيَّ ، فَقَالَ: “أَلاَ تَأْمَنُونِي وَأَنَا أَمِينُ مَنْ فِي السَّمَاءِ، يَأْتِينِي خَبَرُ السَّمَاءِ صَبَاحًا وَمَسَاءً”. قَالَ: فَقَامَ رَجُلٌ غَائِرُ الْعَيْنَيْنِ مُشْرِفُ الْوَجْنَتَيْنِ نَاشِزُ الْجَبْهَةِ كَثُّ اللِّحْيَةِ مَحْلُوقُ الرَّأْسِ مُشَمَّرُ الإِزَارِ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، اتَّقِ اللَّهَ! قَالَ: “وَيْلَكَ! أَوَلَسْتُ أَحَقَّ أَهْلِ الأَرْضِ أَنْ يَتَّقِيَ اللَّهَ”.

Suatu ketika, Ali bin Abi Thalib mengirim emas kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan wadah kulit yang disepuh dengan daun. Emas itu belum dibersihkan dari tanah tambangnya. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam membaginya kepada 4 orang: Uyainah bin Hishn, Al-Aqra’bin Habis, Zaid Al-Khoil, dan yang keempat ada 2 orang: Alqamah bin Ulatsah atau Amir bin Thufail. Ada salah seorang sahabat yang mengatakan, ‘Kami lebih berhak untuk menerimannya dari pada mereka itu.’ Komentar inipun didengar oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau bersabda,

‘Apakah kalian akan mencelaku padahal aku adalah manusia kepercayaan Dzat yang berada di atas? Padahal wahyu dari langit datang kepadaku siang – malam.’

Tiba-tiba berdirilah seseorang, matanya cekung, pipinya menonjol, dahinya nonong, jenggotnya lebat, kepala gundul, dan sarungnya tersampir. Dia mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, bertaqwalah kepada Allah.’ Spontan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam marah dan beliau menjawab,

‘Celaka kau, bukankah aku penduduk bumi yang paling bertaqwa kepada Allah.’

Abu Said kembali melanjutkan,

ثُمَّ وَلَّى الرَّجُلُ. قَالَ خَالِدُ بْنُ الْوَلِيدِ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَلاَ أَضْرِبُ عُنُقَهُ؟! قَالَ: “لاَ، لَعَلَّهُ أَنْ يَكُونَ يُصَلِّي”. فَقَالَ خَالِدٌ: وَكَمْ مِنْ مُصَلٍّ يَقُولُ بِلِسَانِهِ مَا لَيْسَ فِي قَلْبِهِ. قَالَ رَسُولُ اللَّهِ : “إِنِّي لَمْ أُومَرْ أَنْ أَنْقُبَ عَنْ قُلُوبِ النَّاسِ وَلاَ أَشُقَّ بُطُونَهُمْ”. قَالَ: ثُمَّ نَظَرَ إِلَيْهِ وَهُوَ مُقَفٍّ فَقَالَ: “إِنَّهُ يَخْرُجُ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا قَوْمٌ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ رَطْبًا لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ.لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ لأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ ثَمُودَ

Kemudian orang itu pergi. Khalid bin Walid menawarkan diri, ‘Wahai Rasulullah, bolehkah saya penggal lehernya.’ ‘Jangan! Barangkali dia masih shalat.’ Pinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Khalid mengatakan, ‘Betapa banyak orang yang shalat, namun dia mengucapkan dengan lisannya sesuatu yang tidak ada dalam hatinya.’

‘Aku tidak diperintahkan untuk melihat hati manusia dan juga tidak membedah perut manusia.’ Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Kemudian Nabi melihat orang itu, beliau bersabda,

“Akan keluar dari keturunan orang ini, sekelompok orang yang membaca kitab Allah di lisan, namun tidak melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat dari agama, sebagaimana panah melesat tembus dari hewan sasaran. Jika aku menjumpai mereka, akan kubunuh mereka sebagaimana hukuman yang dijatuhkan untuk kaum Tsamud. (HR. Ahmad 10585, Bukhari 4004, dan Muslim 1763)

Ibnul Jauzi rahimahullah memberi catatan hadis ini dengan mengatakan,

أول الخوارج وأقبحهم حالة ذو الخويصرة التميمي. وفي لفظ أنه قال له: “وَيْلَكَ! وَمَنْ يَعْدِلُ إِذَا لَمْ أَعْدِلْ، قَدْ خِبْتَ وَخَسِرْتَ إِنْ لَمْ أَكُنْ أَعْدِلُ


Khawarij pertama dan yang paling jelek keadaannya adalah Dzul Huwaishirah At-Tamimi. Dalam riwayat lain, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepadanya, “Celaka kau, siapa yang bisa adil jika aku tidak adil. Kamu betul-betul rugi jika aku tidak adil.”

فهذا أول خارجي خرج في الإسلام، وآفته أنه رضي برأي نفسه، ولو وقف لعلم أنه لا رأي فوق رأي رسول الله وأتباع هذا الرجل هم الذين قاتلوا علي بن أبي طالب

Inilah khawarij pertama yang memberontak dalam islam. Sisi cacat orang ini: dia lebih menyetujui pendapat pribadinya. Andaikan dia diam, dia akan menyadari bahwa tidak ada pendapat yang lebih benar melebihi pendapat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pengikuti orang inilah yang memerangi Ali bin Abi Thalib. (Talbis Iblis, hlm. 90).

Ada juga ulama yang berpendapat, pertama kali munculnya khawarij terjadi di zaman Utsman. Mereka memberontak Utsman, sampai akhirnya mereka membunuh Khalifah Utsman secara zalim. Sebagaimana keterangan Dr. Nashir Ali A’idh dalam Aqidah Ahlus Sunah wal Jamaah (3/1141).

Al-Hafidz Ibnu Katsir juga menyebut Ghaugha yang memberontak Utsman dan membunuh Utsman dengan sebutan Khawarij (Al-Bidayah wan-Nihayah, 7/202).

Hadis-hadis yang Mencela Khawarij

Terdapat banyak hadis yang mencela Khawarij. Berikut diantaranya,

Hadis pertama, hadis dari Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu,

Ketika kami bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau sedang membagi ghanimah, tiba-tiba datang Dzul Huwaishirah. Salah seorang dari Bani Tamim. Dia mengatakan, ‘Wahai Rasulullah, bersikaplah adil!’ spontan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam langsung menjawab, ‘Celaka kamu, siapa yang bisa adil jika aku tidak adil. Kamu akan merugi jika aku tidak adil.’ Umar menawarkan diri, ‘Wahai Rasulullah, izinkan aku untuk memenggal lehernya.’

Jawab Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

دَعْهُ، فَإِنَّ لَهُ أَصْحَابًا يَحْقِرُ أَحَدُكُمْ صَلاَتَهُ مَعَ صَلاَتِهِمْ وَصِيَامَهُ مَعَ صِيَامِهِمْ، يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ…. آيَتُهُمْ رَجُلٌ أَسْوَدُ، إِحْدَى عَضُدَيْهِ مِثْلُ ثَدْيِ المَرْأَةِ، أَوْ مِثْلُ البَضْعَةِ تَدَرْدَرُ، وَيَخْرُجُونَ عَلَى حِينِ فُرْقَةٍ مِنَ النَّاسِ


‘Biarkan dia. Dia memiliki kelompok yang ibadah mereka jangan rajin, sehingga kalian akan meremehkan shalat kalian jika dibandingkan dengan shalat mereka atau meremehkan puasa kalian jika dibandingkan puasa mereka. Mereka membaca Al-Quran, namun tidak melewati tenggorokan mereka. Mereka melesat keluar dari islam sebagaimana anak panah melesat nembus binatang sasarannya… tanda-tanda mereka, orangnya kehitaman, salah satu bahunya seperti payudara wanita atau seperti sepotong daging yang bergerak. Mereka memberontak di waktu terjadinya perpecahan masyarakat.’

Mendengar sabda ini, Abu Said mengatakan ketika menyampaikan hadis ini,

فَأَشْهَدُ أَنِّي سَمِعْتُ هَذَا الْحَدِيثَ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ، وَأَشْهَدُ أَنَّ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ قَاتَلَهُمْ وَأَنَا مَعَهُ، فَأَمَرَ بِذَلِكَ الرَّجُلِ فَالْتُمِسَ فَأُتِيَ بِهِ حَتَّى نَظَرْتُ إِلَيْهِ عَلَى نَعْتِ النَّبِيِّ الَّذِي نَعَتَهُ

Saya bersaksi saya mendengar hadis ini dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Saya juga bersaksi bahwa Ali bin Abi Thalib memerangi mereka dan saya ikut bersamanya. Dilakukanlah pencarian model orang tersebut, kemudian dihadapkan kepada pra sahabat, sampai aku melihat persis seperti yang disebutkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. (HR. Bukhari 3610 & Muslim 1064)

Makna: ‘Mereka melesat keluar dari islam sebagaimana anak panah melesat nembus binatang sasarannya’

Saking kencengnya mereka dalam beragama, sehingga melupakan banyak aturan islam. Mengkafirkan kaum muslimin dan memberontak pemerintah yang sah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan, seperti anak panah yang melesat sangat kencang hingga tembus binatang sasarannya.

Hadis kedua, hadis dari Suwaid bin Ghafalah, dari Ali bin Abi Thalib, bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

سَيَخْرُجُ فِي آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ أَحْدَاثُ الأَسْنَانِ سُفَهَاءُ الأَحْلاَمِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ، يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ، فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاقْتُلُوهُمْ؛ فَإِنَّ فِي قَتْلِهِمْ أَجْرًا لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Akan keluar di akhir zaman, sekelompok kaum yang pengalamannya kurang (pemahaman agamanya sedikit), akalnya bodoh. Mereka mendengung-dengungkan ucapan terbaik yang ada di muka bumi ini. mereka membaca Al-quran, namun tidak melewati tenggorokannya. Mereka melesat dari agama, sebagaimana anak panah melesat dari hewan sasaran. Jika kalian menjumpai mereka, bunuhlah mereka. Karena membunuh mereka ada pahalanya di sisi Allah, bagi yang berhasil membunuh mereka. (HR. Bukhari 3611, dan Muslim 1066).

Makna: ‘Mereka mendengung-dengungkan ucapan terbaik yang ada di muka bumi ini’

Mereka mendengungkan kalimat: [إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ] ‘Tidak ada hukum, kecuali milik Allah’. Namun dengan kalimat ini, mereka mengkafirkan sekian banyak kaum muslimin. (Catatan kaki Muhammad Fuad Abdul Baqi untuk shahih Bukhari).
Hadis ketiga, hadis dari Yusair bin Amr, bahwa beliau bertanya kepada Sahl bin Huaif, ‘Apakah anda pernah mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut tentang khawarij?’ Jawab Sahl: ‘Saya pernah mendengarnya. Beliau berisyarat dengan tangannya ke arah timur, sambil bersabda,

قَوْمٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ بِأَلْسِنَتِهِمْ لاَ يَعْدُو تَرَاقِيَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنْ الرَّمِيَّةِ

“Sekelompok kaum yang membaca Quran dengan lisannya namun tidak menembus tenggorokannya. Mereka melesat dari agama sebagaimana anak panah melesat dari sasarannya.” (HR. Muslim 1776).

Hadis keempat, dari Anas bin Malik dan Abu Said Al-Khudri radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

سَيَكُونُ فِي أُمَّتِي اخْتِلاَفٌ وَفُرْقَةٌ، قَوْمٌ يُحْسِنُونَ الْقِيلَ وَيُسِيئُونَ الْفِعْلَ، يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ، يَمْرُقُونَ مِنْ الدِّينِ مُرُوقَ السَّهْمِ مِنْ الرَّمِيَّةِ، لاَ يَرْجِعُونَ حَتَّى يَرْتَدَّ عَلَى فُوقِهِ، هُمْ شَرُّ الْخَلْقِ وَالْخَلِيقَةِ، طُوبَى لِمَنْ قَتَلَهُمْ وَقَتَلُوهُ، يَدْعُونَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ وَلَيْسُوا مِنْهُ فِي شَيْءٍ، مَنْ قَاتَلَهُمْ كَانَ أَوْلَى بِاللَّهِ مِنْهُمْ

Akan ada perselisihan dan perpecahan di kalangan umatku. Ada sekelompok orang yang pinter ngomong, namun buruk dalam praktek. Mereka membaca Al-Quran, namun tidak melewati tenggorokannya. Mereka melesat tembus dari agama, sebagaimana anak panah tembus dari sasarannya. Mereka tidak akan kembali sampai anak panah itu kembali ke selongsongnya. Merekalah sejelek-jelek makhluk. Berbahagialah orang yang membunuh mereka dan yang mereka bunuh. Mereka mendengung-dengungkan untuk kembali kepada kitab Allah, namun ajakan mereka bukan bagian dari kitab Allah. Siapa yang memerangi mereka, dia lebih baik di sisi Allah, dari pada mereka.

Mendengar hadis ini, para sahabat bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apa ciri mereka?’

Jawab beliau:

سِيمَاهُمْ التَّحْلِيقُ وَالتَّسْبِيدُ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمْ فَأَنِيمُوهُمْ

“Ciri mereka, suka cukur gundul, dan mencabuti rambut. Jika kalian melihat mereka, bunuh mereka.” (HR. Ahmad 13036, Abu Daud 4766, dan sanadnya dishahihkan Syuaib Al-Arnauth).

Makna: ‘Mereka tidak akan kembali sampai anak panah itu kembali ke selongsongnya’

Untuk menunjukkan bahwa sangat sulit bahkan mustahil mereka akan kembali sadar dan meninggalkan pemikiran khawarijnya.

Bersambung ke Siapakah Khawarij (bagian 02)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages