Istilah ‘jalan lurus” dalam bahasa al-qur’an disebut dengan “Shirath Al-Mustaqim”. Bahkan jalan ini merupakan dambaan setiap orang beriman (QS. al-fatihah: 6) Mengapa? Pertama: Jalan ini dibutuhkan untuk mendapat kebaikan/kebahagiaan dunia akhirat. Kedua: Melalui jalan ini manusia mendulang berkah kehidupan material maupun spiritual. Ketiga: Dengan jalan ini manusia memperoleh berbagai kemudahan dan kepercayaan publik. Keempat: Melalui jalan ini, manusia akan selalu mendapatkan kasih dan sayang (rahman-rahim) dari Yang Maha Kuasa.
Betapa indahnya kalau semua manusia berada di jalan ini. Rasanya tidak ada orang yang paling bahagia kecuali mereka yang berada di jalan ini. Selain hidup menjadi berkah, juga selalu mendapat kasih sayang dari Kholiq Pencipta alam semesta. Ini sungguh satu kebaikan yang luar biasa dari Sang Pencipta pada makhluk-Nya, karena mendapat pemberian gratis dari-Nya. Seharusnya manusia pada umumnya (al-nash) dan orang beriman (al-mukminun) pada khususnya menyadari itu. Karena, dibalik kesadaran ini terdapat sesuatu kebaikan yang sempurna dan tidak ada lagi yang melebihinya, yaitu bahagia di dunia (sa’adah fil al dunya) dan bahagia di hari akhirat (sa’adah fi al-akhirat). Dan ini merupakan jalan hidup yang kita dambakan bersama. Apalah artinya tenaga, waktu, pikiran yang kita pertaruhkan untuk mendapatkan kesenangan hidup tanpa kebahagiaan sempurna itu? Maka, rumah mewah, mobil Lux, deposit jutaan rupiah maupun dollar, emas dan jutaan intan berlian akan menjadi sia-sia. Bahkan mengantarkan pemiliknya untuk masuk dalam daftar tunggu penderitaan.
Sekarang problem kita adalah bagaimana kita-kita untuk selalu berada pada jalan lurus itu? Pertama: Harus bermohon kepada Allah SWT agar kita selalu diberi petunjuk untuk selalu berada di jalan lurus (baca QS. al-fatihah: 6). Dan kalau memohon pada-Nya, maka instrumennya sholat dan sabar (baca QS. al-baqarah: 45). Kedua: Menetapkan hati melalui pikiran yang jernih bahwa baik itu pasti menjadi baik, dan buruk itu pasti berakibat buruk. Ketiga: Membuat pilihan hidup yang selalu berpihak pada baik dan benar kendatipun kebanyakan manusia tidak menyukainya. Keempat: Melakukan sesuatu yang baik/benar walaupun orang mencibirnya, atau menuduh kita sebagai sok alim/suci. Kelima: Terus menggali ilmu dan banyak mendengarkan Tausiyah agar pikiran tercerahkan dengan cahaya kebenaran dan hati selalu tertambat dengan cinta pada yang benar. Keenam: Bersahabatlah dengan mereka para pecinta kebenaran dan gemar melakukan kebaikan. Keenam kiat ini hemat saya cukup signifikan buat kita untuk selalu berada pada jalan lurus/benar. Karena diatas inilah kita bisa memperoleh kebahagiaan hidup sempurna sebagaimana tersebut diatas.
Namun demikian diatas semuanya itu masih ada resep yang paling jitu atau kiat yang paling sempurna yaitu: melakukan dua hal, dzikir dan syukur, mengabaikan satu hal yaitu khufur (baca QS. al-baqarah: 52). Dari sinilah kita terproteksi dari segala macam tikungan sosial kehidupan yang membahayakan.
Nah sekarang jalan lurus itu seperti apa? Secara normatif jalan lurus itu sebagaimana dalam al-qur’an surat al-fatihah: 7 “yaitu jalan orang-orang yang telah dianugrahkan nikmat bukan jalan orang-orang yang dimurkai dan bukan pula jalan orang-orang sesat” maka pada tataran aplikasinya jalan lurus itu mengandung hal-hal sebagai berikut: berkata benar, berbuat jujur, memakai/mengkonsumsi yang halal dan baik (halalan tayyiban), menghargai sesama, dan menolong mereka yang membutuhkan, memaafkan, rendah hati, sabar, syukur, taat/patuh, bisa membedakan yang baik dengan buruk, yang haq dengan bathil yang benar dengan salah, berbaik sangka, bersaksi dengan benar, perintah berbuat baik (amar ma’ruf), mencegah yang munkar (nahi munkar), membela yang benar, mendoakan sesama, terutama mereka yang sedang berada di jalan yang sesat dan lain sebagainya. Pendeknya jalan lurus itu ada pada yang diperintahkan Allah untuk mengerjakannya, dan larangan untuk ditinggalkan.
Kita perlu saling mengingatkan untuk melakukan kebaikan tersebut diatas itu karena menunjukkan konsekuensi logis bahwa kita semua bersaudara. Dan dalam persaudaraan tersebut harus ada upaya saling menyelamatkan, dan saling menolong dalam kebaikan dan taqwa, jangan kita saling menolong dalam dosa dan permusuhan (QS. al-maidah: 2). Dengan demikian jalan lurus yang kita harapkan dapat menjadi kenyataan, atau dengan pengertian lain kebaikan sempurna itu dapat menjadi milik kita karena telah melintasi jalan lurus sesuai dengan perintah Yang Maha Kuasa. Maka tugas kita ke depan yang tidak mudah adalah terus berupaya mewujudkan jalan lurus tersebut dari harapan menjadi kenyataan, dari sekedar wacana menjadi bukti konkrit, dari statement menjadi action, dan dari perlahan menjadi cepat dan pasti. Itulah pernak-pernik jalan lurus yang harus kita lalui, kendatipun jalan tempuh berliku-liku. Semoga Yang Maha Kuasa menolong kita semua.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar